Alam Semesta dalam Qur’an– Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi petunjuk dan bimbingan bagi manusia. Al-Qur’an juga mengandung banyak sekali ayat-ayat yang berkaitan dengan alam semesta.
Kali ini, kita akan membahas beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan alam semesta dan bagaimana ayat-ayat tersebut telah terbukti kebenarannya secara ilmiah.
Teori Big Bang adalah teori yang menjelaskan tentang asal-usul alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta berasal dari sebuah titik tunggal yang sangat panas dan padat. Titik tunggal ini kemudian mengembang dan meregang dengan kecepatan yang tidak terduga. Teori Big Bang ini ditemukan pada tahun 1931 oleh Georges Lemaître, seorang Pastor Katolik Roma sekaligus Fisikawan.
Al-Qur’an telah menyebutkan tentang Big Bang jauh sebelum teori ini ditemukan. Dalam surat Al-Anbiya ayat 30, Allah berfirman:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
Artinya : Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?
Ayat ini menjelaskan bahwa langit dan bumi dahulu menyatu, kemudian Allah memisahkan keduanya. Hal ini sesuai dengan teori Big Bang yang menyatakan bahwa alam semesta berasal dari sebuah titik tunggal yang kemudian mengembang dan meregang.
Al-Qur’an juga menjelaskan tentang pergerakan matahari dan bulan. Dalam surat Yasin ayat 38-40, Allah berfirman:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ
Artinya : (Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Yāsīn [36]:38
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ
Artinya : (Begitu juga) bulan, Kami tetapkan bagi(-nya) tempat-tempat peredaran sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir,) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.641) Yāsīn [36]:39
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
Artinya : Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. Yāsīn [36]:40
Ayat ini menjelaskan bahwa matahari dan bulan beredar pada garis edarnya. Hal ini sesuai dengan teori heliosentris yang menyatakan bahwa matahari tidak bergerak dan berada di tengah, sementara planet-planet berputar mengelilinginya.
Al-Qur’an juga menjelaskan tentang gerhana matahari dan bulan. Dalam surat Al-Qiyamah ayat 8-9, Allah berfirman:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَخَسَفَ الْقَمَرُۙ وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُۙ
Artinya : Dan bulan pun telah hilang cahayanya. Lalu matahari dan bulan dikumpulkan. Al-Qiyāmah [75]:8-9
Ayat ini menjelaskan bahwa matahari dan bulan akan dikumpulkan pada hari kiamat. Namun, sebagian mufasir juga ada yang memaknainya sebagai gambaran peristiwa yang akan terjadi pada hari kiamat.
Al-Qur’an juga menjelaskan tentang siklus air. Dalam surat An Nur ayat 43, Allah berfirman:
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُزْجِيْ سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهٗ ثُمَّ يَجْعَلُهٗ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ جِبَالٍ فِيْهَا مِنْۢ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَصْرِفُهٗ عَنْ مَّنْ يَّشَاۤءُۗ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهٖ يَذْهَبُ بِالْاَبْصَارِ ۗ
Artinya : Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah mengarahkan awan secara perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk. Maka, engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. Maka, Dia menimpakannya (butiran-butiran es itu) kepada siapa yang Dia kehendaki dan memalingkannya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan. An-Nūr [24]:43
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menurunkan air hujan dari langit. Air hujan ini kemudian akan menguap dan menjadi awan. Awan kemudian akan mengembun dan menjadi hujan lagi. Hal ini sesuai dengan siklus air yang telah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
Demikianlah, sebagian kecil dari pembahasan mengenai alam semesta dalam Al Qur’an. Ikuti terus anekailmu.my.id dan farazinux.com untuk terus belajar bersama mensyukuri segala nikmat Allah SWT.